Postingan

Beberapa contoh puisi pendidikan

Gambar
  1. Suara Murid Masa Kini Karya: Pipit Sriwulan Inginku bebas inginku lepas Terserah air mengalir ke mana Melewati pasir, lembah dan telaga Berlari sekuat-kuatnya yang tanpa batas Kebebasan mengolah cipta, rasa, dan karya itu hak kami Tuk memupuk sejuta potensi yang terpatri di sanubari Maka waktu, ilmu dan maju akan tumbuh dalam diri Kemerdekaan dalam bermain dan belajar haruslah ditaati Dukunglah kami, bimbinglah kami Menggapai keemasan sebagai wujud dari mimpi Doakan kami, agar tiada jalan yang tak pantas tuk dilalui Kami hanyalah seekor semut yang pantas tuk disayangi Sungguh pendidikan adalah pusaka Harus selalu dijaga kemurnian dan keutuhannya Mengayomi, memfasilitasi mencetak generasi sesuai keyakinan falsafah negeri Menopang kuat kemajuan negara, berakarkan budaya Indonesia Sumber: Ebook Spirit Guru Penggerak: Kumpulan Puisi Filosofi Ki Hajar Dewantara, Antologi Puisi CGP Angkatan 4 Tulungagung 2. Para Pelajar Karya: Elfrida Octaviani Kami tumbuh untuk Indonesia Kami hidup...

Tatapnya yang ceria

Gambar
Di kelas yang lebih rendah, Terselip kisah cinta yang penuh warna, Dia, si adik kelas, Menjadi pelangi hati, penuh bahagia.   Senyumnya yang polos, Membuatku terpesona, Tatapan matanya yang ceria, Menghilangkan semua rasa lelah.   Bersamamu, waktu terasa singkat, Tawa dan canda, menjadi pelita, Menjelajahi dunia, dengan penuh semangat, Tanpa beban, hanya rasa dan asa yang terukir.   Perbedaan usia, tak lagi menjadi halangan, Asalkan kita, saling menyatu, Menjalani hari, dengan penuh keceriaan, Menikmati setiap momen, yang indah dan bermakna.  

6 Kumpulan puisi menyentuh hati

  1. Persemayaman Pusat Rasa Karya: Avelin Mulyati sengaja mengeja memutus kalimat tanpa jeda mengurai kata berakhiran tanda titik koma menuliskan lagi puisi yang mulai kehilangan rimanya 2015 2. Aksara Mentari Karya: Avelin Mulyati kuhias aksaraku dengan sinar, layaknya sang bintang agar ia mampu menarik hatimu: saat langit terpandang namun, barulah kusadari pada hari ini, kugantungkan aksaraku: di langit siang saat tak satu pun bintang tampak bersinar – terlahap mentari 2015 3. Hujan Bulan November Karya: Winna Wijayanti Ini adalah saat yang paling ditunggu. Hujan mengguyur Jogja yang lama dengan panas gerah hingga kebosanan di jalan raya Harum tanah. Basah udara Seperti penuh kebosanan matahari Jadi keburu ingin bilang, “Cinta lebih tenteram di keteduhan” Daun-daun makin hijau, dan burung terbang lebih tinggi karena sejuk langit Apa yang mesti kukatakan kini, hujan sudah datang, siang masih terasa pagi Saat malam kembali, diri ingin sekali larut dalam mimpi 4. Catatan Kecil Kary...

Tengah malam

 Di tengah malam, saat dunia tertidur lelap, Pelajar masih berjuang, menerangi ruang gelap. Buku-buku terbuka, kata demi kata ditelan, Mencari ilmu, membina masa depan yang gemilang.   Mata lelah, namun semangat tak padam, Tekad bulat, meraih cita-cita yang agung. Lembar demi lembar, dipelajari dengan tekun, Menyerap ilmu, bagaikan embun pagi yang menetes.   Keringat menetes, tubuh lelah tak terkira, Namun tekad tak surut, terus berjuang tanpa henti. Menjelajahi lautan ilmu, mencari mutiara hikmah, Untuk masa depan, yang penuh harapan dan cerah.   Di tengah malam, mereka berjuang, Menorehkan tinta emas, di lembaran sejarah. Pelajar, pahlawan masa depan, Yang akan menerangi dunia, dengan ilmu yang gemilang.

Tekad seorang gadis

Gambar
 Di tengah hiruk pikuk dunia, Terselip hati seorang gadis muda, Dengan mimpi dan cita-cita yang membara.    Malam berganti siang, siang berganti malam, Pikirannya melayang, penuh keraguan, Bisakah ia menjadi cahaya, Menyinari hati keluarga tercinta?   Ia melihat mata ayah yang lelah, Mencari nafkah, demi masa depan cerah, Ia mendengar ibu berbisik, Menyampaikan harapan, agar ia tak terusik.   Rasa tanggung jawab, membuncah dalam dadanya, Ia ingin memberikan yang terbaik, Menjadi sumber kebahagiaan, Menyentuh hati, menghapus segala penat.   Namun, di balik semangatnya yang membara, Terkadang rasa takut menggerogoti hatinya, Bisakah ia memenuhi harapan mereka? Bisakah ia menjadi penyejuk jiwa?   Ia berjanji pada dirinya sendiri, Untuk terus berjuang, tak kenal lelah, Menorehkan prestasi, meraih mimpi, Membuat keluarga bangga, dengan segala daya upaya.   Ia yakin, dengan tekad yang kuat, Ia mampu menjadi sumber kebahagiaan, Menyentuh hati, menghapus ...

Dialog dini hari

Gambar
 Di balik jendela, rembulan bersinar Menyentuh wajah, terukir mimpi samar Selimut tebal, tubuh terbungkus hangat Pikiran melayang, tak terbendung, tak terikat   Buku buku, tergeletak di meja Kata-kata rumit, terlupakan sejenak saja Lampu redup, menerangi lembar kertas Menyisakan ruang, untuk mimpi yang terberkas   Ia merenung, tentang masa depan yang cerah Cita-cita tinggi, terukir di hati penuh harap Rasa rindu, menyapa hati yang lelah Pada keluarga tercinta, yang selalu ada di pelukan kasih sayang   Namun, di balik mimpi, ada rasa bimbang Takut gagal, tak mampu meraih yang diimpikan Ia berbisik, "Ku tak sendiri, Tuhan selalu ada Menuntun langkah, hingga meraih cita-cita."   Diiringi deburan lembut, angin malam Ia tertidur lelap, dalam mimpi yang indah dan damai Menunggu pagi, untuk kembali berjuang Menyongsong hari, dengan semangat yang tak terpadamkan.

Seorang teman

 Teman, sebuah kata sederhana, Namun menyimpan makna yang mendalam. Sebuah ikatan, tak terpisahkan, Melalui suka dan duka, kita bersama.   Seperti pohon rindang, menaungi, Dari terik mentari, hujan yang membasahi. Teman, seperti bintang di malam hari, Menyinari jalan, saat gelap menyelimuti.   Tawa dan canda, menjadi pelangi, Menghilangkan duka, yang menggerogoti. Air mata pun, tak perlu ditahan lagi, Teman setia, selalu mengerti.   Bersama teman, kita belajar tumbuh, Menjadi pribadi yang lebih baik, lebih kuat. Membangun mimpi, meraih cita-cita, Dengan dukungan, yang tak pernah pudar.   Teman, harta yang tak ternilai, Sebuah anugerah, yang tak terganti. Semoga persahabatan kita, Selalu terjaga, hingga akhir nanti.